Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com, Frans Krowin
![]() |
Blasius Dogel Lejap, SH |
"Saya ini penasihat hukum kalian. Jadi kalian harus bercerita secara jujur kepada saya. Kalau kalian jujur, maka saya juga akan melakukan pembelaan secara baik. Tapi kalau sebaliknya tidak jujur, maka itu risiko kalian sendiri. Paham?"
Kalimat Blasius itu membuat Irfandi dan Awalludin mengangkat wajah dan menatapnya. Irfandi terlihat agak gugup begitu juga adiknya. Tapi sesaat kemudian Irfandi lantas menceritakan kisah hingga akhirnya ditangkap dan dijebloskan ke dalam sel bersama adiknya.
Dia mengatakan, baru dua kali mencuri barang elektronik di Lewoleba. Saat melakukan aksinya ia selalu bersama adiknya Awaludin. "Saya yang mengajak adik untuk mencuri," tuturnya.
Kelihaian mencuri itu, lanjut dia, sudah dilakukan sejak ia masih tinggal di Kolontobo, Ile Ape. Tapi pencurian yang dilakukan saat itu masih kecil-kecilan. Begitu juga adiknya, Awalludin. Biasa mengambil rokok di kios saat berpura-pura hendak berbelanja.
Mendengar itu, Blasius lantas bertanya, apakah Anda suka mencuri? Apakah Anda pernah membayangkan bagaimana perasaan seseorang bila mereka kehilangan barang miliknya? Anda harus tahu bahwa setiap barang yang kalian curi, itu dibeli dengan uang hasil kerja keras pemilik barang tersebut.
Mendengar itu, baik Irfandi maupun Awalludin menundukkan kepala. Mereka tampak tak kuat mengangkat wajah kemudian menatap mata Blasius.
Pada kesempatan itulah Blasius kemudian meminta agar keduanya harus punya tekad untuk menghentikan tindakan itu mulai sekarang juga. Artinya, setelah tertangkap dan kini diproseshukumkan, kliennya itu harus memanfaatkan moment tersebut untuk sadar dari perbuatan terkutuk itu.
Apabila Irfandi mengaku menggunakan batu jimat saat mencuri, maka mulai sekarang harus ada komitmen untuk membuang batu jimat itu demi kebaikan diri.
"Saya harap supaya buang batu jimat itu sekarang juga. Batu jimat itu tidak akan membawa Anda menjadi kaya raya. Malah sebaliknya Anda akan susah karena benda jimat tersebut. Saya harap ini harus disadari," ujarnya.
Mendengar pesan tersebut, Irfandi tampak mengangguk-anggukkan kepala. Ia sepertinya sadar bahwa tindakan yang dilakukanya hingga membawanya ke balik jeruji besi, adalah perbuatan karena kekuatan mistik yang bercokol dalam batu jimat pemberian ayahnya.
Hanya saja Irfandi tidak mengungkapkan apakah mau membuang benda jimat tersebut atau tidak. Karena bila hendak dibuang maka hal tersebut harus melewati tata cara (ritual) tersendiri. Dan itu tentunya berhubungan dengan ayahnya sendiri. (*)
0 komentar:
Posting Komentar